Ditulis saat Bandung diguyur
hujan,
Semua masih sama, aku masih bersama
dengan kepingan masa lalu itu. Entahlah aku tak bisa lepas dari masa lalu itu
meski sakit, tapi aku masih menggenggamnya dengan erat. Aku terlalu menyayangi
orang yang ada dalam masa lalu itu.
Telah kulalui macam hari, mulai
dari penuh awan, mendung bahkan hujan petir disertai angin tapi tetap saja aku
masih setia menggenggam masa lalu itu. Aku tahu ini memang bodoh dan tak masuk
akal.
Ya, Karena ini bukan tentang akal
ini tentang rasa dan hati. Karena saat kamu terluka dan bertahun-tahun menanti
tanpa arah dan tujuan jelas logika mungkin akan berkata berhenti semua tak
membawa hal baik hanya membuat lemah dan terpuruk lebih lama.
Tapi hati berkata lain hati
menanggapi tak semudah itu, meski telah lalui begitu banyak luka dan membuat
lemah tapi saat hati yakin dengan penuh ketulusan percayalah sakit itu bukan
hal yang kau utamakan akan tetapi kebahagiaan kebersamaan dan hal lainnya
begitu indah dan begitu banyak dirasakan selama ini.
Jika kamu bertanya mengapa aku
menggenggam kepingan masalalu itu dengan erat sampai saat ini? Dan mengapa aku
masih belum mampu membuka untuk seseorang yang baru? Aku sendiri tak menemukan
jawaban apapun dari apa yang kurasa dan kualami.
Selama ini ku kira hanya aku wanita
yang mendoakan dan menunggunya selama kurang lebih 2 tahun setengah ini.
Nyatanya tak begitu, meski aku tak tahu dengan pasti yang jelas bukan hanya aku
yang menjadi permatanya dan semua memang nyata.
Bahkan permata lainnya telah
menunggu dalam jangka waktu yang lebih lama lagi. Mungkin tahunku menunggu
masih belum ada apa-apanya. Hanya saja mungkin aku lebih terang-terangan
ungkapkan rindu dan asa yang ada sedangkan permata lain secara diam-diam.
Seandainya saja semua memang telah
ditakdirkan demikan maka apa yang aku anggap sulit selama ini terasa begitu
ringan dan mudah.
Komentar
Posting Komentar