Lelaki Berpayung Hitam
Oleh: Desmoy
Alarmku berbunyi, pertanda jam
sudah setengah tujuh pagi. Tapi rasanya enggan untuk beranjak pergi, ingin
rasanya terus berada dibalik hangatnya selimut. Berharap kabar burung datang
membawa kabar libur. Tapi ternyata tidak, bahkan ibuku sudah berteriak menyuruhku
mandi. Sudah tiga hari berturut-turut Bandung diguyur hujan. Di TV pun mulai
marak berita banjir dibeberapa daerah kota Bandung. Rasanya enggan untuk
melakukan aktivitas apapun bahkan pergi kuliah pun rasa malas sekali ketika
cuaca tak mendukung.
Dengan segenap rasa kupaksakan
diriku beranjak dari kasur dan pergi ke air yang berada disamping dapur. Aku
mulai sadar jika hari ini ada mata kuliah Filsafat. Salah satu mata kuliah
dengan dosen killer dan banyak atur. Aku segera pun bergegas sampai lupa membawa
payung. Meski hujan mengguyur, karena sudah telat akhirnya aku pergi berlari
hujan-hujanan pikirku tak akan kebasahan, karena kebetulan rumahku tak jauh
dari tempat kuliahku selain karena aku memakai jaket anti air hadiah ultahku
dari tanteku.
Tapi ternyata jaket itu palsu
sehingga tetap saja lama kelamaan jaketku pun mulai basah dan ingin rasanya
beristirahat berteduh sejenak. Tiba-tiba saja ada seorang lelaki yang
menghampiriku, memayungiku dengan payung hitam. Aku terkejut beberapa saat.
Mencoba mengalihkan perhatian pada si lelaki. Namun ia memasang masker penutup
muka. Mulutku sudah terbuka ingin rasanya berucap terima kasih dan bertanya
padanya.
Namun tak sampai satu suaraku
keluar dia sudah pergi dan aku telah berada didepan gedung kuliahku. Satu
langkah ku ayunkan kakiku kedepan, namun kutarik kembali setelah teringat jam
kuliahli. Tinggal beberapa menit lagi jam pelajaran akan dimulai. Aku hanya
menghela nafas panjang. Mungkin lain aku bisa bertemu dengannya lagi sekedar
berterima kasih atas bantuannya pagi ini. Yah, kuharap lain waktu kami
dipertemukan kembali.
Aku pun melangkahkan kakiku
menuju kelasku. Syukurlah pak dosen belum terlihat dibalik bangku. Berkat
lelaki tadi yang membantuku bajuku tak ikut kebasahan. Ketika aku baru saja
duduk menghela nafas panjang. Pak dosen datang, tak terasa dua jam telah
berlalu. Entah apa yang dijelaskannya. Aku ada namun tak ada. Aku tak
memperhatikannya, seluruh pikiranku tertuju pada lelaki berpayung hitam tadi.
Aku melangkah perlahan keluar
kelas sambil menggaitkan headseat di kedua telingaku. Hingga saat sampai
dirumah, aku kembali dikejutkan ada bingkisan serta bunga untukku. Dengan
secarik kertas yang ikut dalam bingkisan itu. Disitu tertulis “Senang rasanya
bisa mengantarmu serta memayungimu sampai depan gedung kuliahmu, kuharap besok
hujan kembali”. Begitulah kira-kira isi secarik kertas itu.
Jantungku berdegup kencang saat
selesai membaca secarik kertas itu. Entah apa sebenarnya yang sedang terjadi
aku mendadak terdiam seketika. Apa mungkin aku jatuh cinta hanya karena secarik
kertas itu.
Mungkin aku sudah gila. Bahkan
aku tak tau ia siapa lalu mana bisa aku jatuh cinta. Aku pun langsung
menjatuhkan diriku ditempat tidurku. Aku segera memejamkan mataku rapat-rapat
agar aku tak berpikir macam-macam. Keesokan paginya seperti biasa alarm
membangunkanku, hari ini kuliah libur. Oleh karena itu kumatikan alarm dan
kembali tidur.
Ternyata aku benar terlelap dan
mendengkur kembali. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi.
Tiba-tiba saja hapeku berdering, ada pesan masuk dari nomor yang tidak aku
ketahui. Pesan it berisi “Aku ada ditaman dengan payung hitam. Aku pun bergegas
ke taman yang ada dekat komplek rumahku setibanya aku ditaman aku kebingungan
tak ada orang ditaman sama sekali. Apa aku sedang dipermainkan dengan rasa
penasaranku sendiri?.
Perlahan ku langkahkan kakiku
menuju rumah bermain yang ada ditaman. ternyata disana tersimpan payung hitam.
Oh mungkinkah ia ada didalam. Siapa ia sebenarnya? Apa ia telah lebih dahulu
mengenalku? Begitu banyak pertanyaan terlintas dalam benakku. Hujan yang teru
smengguyur membuat suasana menjadi semakin dramatis. Aku pun menghampiri lelaki
itu “Ma... ma... maaf eh.. apa kamu eh.. yang mengirim saya pesan tadi?” kataku
sambil tersendat-sendat. Dia pun hanya menganggukkan kepalanya tanpa menoleh
sedikitpun padaku. Kuberanikan diri duduk disampingnya. Tiba-tiba ia bertanya
“Bagaimana kabarmu? Lama tak jumpa” aku terheran, siapa dia sebenarnya apakah
sebenarnya aku mengenalnya juga? Sontak aku langsung bertanya padanya “Siapa
kamu sebenarnya? Apa kita sebelumnya saling kenal?” dia pun akhirnya menoleh
kearahku. “Hallo Andin, senang rasanya bisa bertemu denganmu kembali” diiringi
senyuman dari wajahnya. Aku benar-benar kaget ternyata ia adalah kak Ilham,
kami dulu sempat pacaran kurang lebih dua tahun. Tapi saat itu, kak Ilham harus
pergi melanjutkan kuliahnya ke Luar Negeri semenjak itu kami putus dan tak
pernah bertukar kabar lagi. Dan baru hari ini kami bertemu kembali setelah
kurang lebih empat tahun tak bertemu.
Banyak asa yang bergelimut
dalam hati dan pikiranku satu sisi aku ingin marah, tapi satu sisi lain aku
bahagia bisa bertemu dengannya kembali. “Mengapa selama ini tak pernah beriku
kabar?” tanyaku dengan nada sedikit kesal. “Selama ini aku berusaha pantaskan
diriku agar dapat menjadi imammu Andin, kakak sudah berjanji sebelumnya bukan
bahwa kakak akan kembali setelah kakak siap untuk melamarmu, lalu bagaimana
apakah kamu sudah ada yang meminang Andin?”. Aku terdiam seribu kata
mendengarkan penjelasannya yang baru saja terucap. Aku benar-benar tak menduga
bahwa kak Ilham akan tepati janjinya dahulu, bahkan aku saja sebenarnya sudah
lupa akan janji itu. Aku pun hanya mengangguk dengan malu. Akhirnya kak Ilham
ikut kerumahku ia berniat untuk meminta restu ayah dan ibuku.
Komentar
Posting Komentar