“Merindu Kesekian Kalinya”
Oleh: Desmoy
Angin berhembus kencang,
hari telah berganti petang, saat itu pula seketika keramaian berubah menjadi
tenang, saat itulah rindu mulai datang. Dengan percikan yang membuat hati terserang
penuh kegersangan yang tak kunjung sampai menemukan tetesan air penuh kasih
sayang.
Bunga berguguran seolah ia
tak ingin melihatku perlahan hancur dalam kerinduan. Bahkan es pun mencair
seolah tak mau menyaksikan, aku yang terselimuti pilu dan sendu ini mulai
terombang-ambing angan. semua semakin terasa saat hujan datang mengguyur,
menghidupkan kembali kenangan yang telah lama kukubur.
inginku pergi kembali
kemasa itu, masa menyenangkan saat penuh suka. Tapi masa yang penuh suka itu
kini hanya meninggalkan luka. Aku selalu mencoba menikmatinya dengan harap agar
semua kulewati dengan cepat. Tapi nyatanya semakin kunikmati ia malah membuatku
perlahan mati. Sering ku sampaikan pada burung agar ia mengantarkan rindu ini
padamu agar kau juga rasakan rindu yang sedang bersarang ini.
Ingin kulari agar rindu
tak pernah bisa datang menghampiri tapi aku tak bisa dimanapun aku berada rindu
itu dengan sigap ada menemani. Sebenarnya rindu ini takkan begitu menyakitkan
jika kamu pun disana merasakannya. kau tak pernah tau aku disini tak pernah
lelah curahkan rindu yang ku sampaikan pada-Nya diatas sajadahku disetiap
sujudku.
Disetiap rindu yang kurasa
terselip banyak doa dariku untukmu. Ayam berkokok pertanda hari telah pagi tapi
rindu itu masih ada dalam hati seakan ia enggan pergi. Ingin ku ungkapkan rindu
ini langsung padamu. Tapi aku takut, saat ku ucap rindu ini kau tak dapat
mendengarnya bahkan kau tak dapat melihat bibirku ucapkan rindu itu.
Rasa takut gelisah mereka
telah mendarah daging padaku seiring rindu itu datang. aku harap kelak kau tak
rasakan rindu yang begitu menyesakkan ini karena rasanya begitu menyakitkan
meski kau coba untuk menikmatinya. Rindu sepihak itu menyakitkan tak semua bisa
tahan dengan sakit dan sesaknya. Aku pun tak marah jika kau saat ini tak
rasakan rindu ini. Karena kau tak salah. Kau tak pernah menyuruhku untuk
terjebak dalam rindu ini. ini salahku yang terlalu memanjakan rindu.
Jika rindu itu sejenis
obat-obatan seperti narkotika mungkin aku telah menjadi pencandu. karena
kesadaranku seakan mulai menghilang saat aku merindu. rindu itu sebenarnya
indah bak bunga mawar tapi saat bunga mawar itu tak kau pegang dengan benar
maka durinya akan menyakiti jari seperti itulah rasanya saat aku merindu.
Komentar
Posting Komentar